The Flower is Beautiful, Isn’t It?

valentinegurl_
3 min readJan 20, 2022

--

Uploaded by مَرْخَ

Satu minggu sudah Ara dan Aksa lalui tanpa saling temu bertatap muka secara langsung, setelah menghabiskan waktu satu minggu dengan sibuk mengerjakan pekerjaannya masing-masing, akhirnya meraka bertemu lagi di Bandung. Aksa telah sampai di Bandung, dan segera menemui Ara di sebuah hotel yang mana Ara sedang bersiap-siap untuk pulang kembali ke Jakarta.

Tak butuh waktu lama, Aksa sampai di depan pintu kamar Ara. Satu ketukan, hanya satu ketukan yang Aksa lakukan, namun Ara sudah tahu siapa sosok itu, dengan cepat dan terburu-buru, Ara berlari ke depan untuke membuka pintu itu.

Baru saja membuka pintu, Ara langsung menjatuhkan dirinya ke dalam dada bidang Aksa, ia memeluk Aksa dengan erat dan menenggelamkan wajahnya itu. “Ra, pelan-pelan,” ucap Aksa yang hampir saja Aksa terjatuh karena sebuah pelukan tiba-tiba itu. “Diem! aku lagi mengisi energi.” Aksa tidak tahan dengan kekasihnya itu, ia membalas pelukan Ara yang tak kalah eratnya. Ia mengelus-elus rambut indah wanita itu dengan sangat lembut, sambil membiarkan keduanya tenggelam dalam pelukan penuh rindu itu.

“Hey, look at me, Ra.

“Ih diem dulu, aku udah lama gak cium wangi baju kamu, aku kangen.” Ara menggeleng, ia tidak mau mengubah posisinya itu.

“Bentar aja,” pinta Aksa lagi.

Tanpa melepaskan pelukkannya, Ara menengadahkan kepalanya melihat Aksa, mata mereka bertemu, mata indah yang selalu mereka rindukan satu sama lain. “Kenapa?” tanya Ara. Akan tetapi ia tidak mendapatkan jawaban dari pertanyaannya itu, yang ia dapatkan malah sebuah kecupan lembut di keningnya. Ara memejamkan matanya kala Aksa mencium singkat keningnya itu.

I just want to see you, I just want to see my beautiful Ara.” senyum manis terukir dari wajah Aksa ketika melihat wajah cantik wanitanya.

You make me blush.” pipi Ara sungguh memerah layaknya seseorang yang baru saja ditampar dengan keras.

“NSFJ Not Safe For Jomblo.” Suara yang menginterupsi itu datang dari Janu yang baru saja datang untuk membatu Ara mempersiapkan barang-barangnya untuk pulang.

“Ah ganggu aja lo,” kesal Ara.

“Gak tau diri lo, gue ke sini mau bantuin lo.”

“Udah beres, tinggal dibawa ke bawah.”

“Yaudah ayok pulang, udah waktunya check out.”

“Iya ini mau.”

“Sayang bantuin aku, ya?” pinta Ara kepada Aksa.

“Iyaaaa,” kata Aksa sambil mengacak-acak rambut Ara.

“Duh lo berdua bisa stop gak sih?!” gemas Janu.

“Sirik,” ucap Ara dan Aksa berbarengan.

Kini Aksa dan Ara sudah berada di dalam mobil Aksa. “Mau langsung pulang?” tanya Aksa sebelum menyalakan mobilnya. “Terserah, kamu mau jalan-jalan dulu gak?”

“Engga tau hehe.”

“Yaudah jalan dulu aja sambil aku cari-cari sesuatu.”

“Iyaa.”

“Jangan lupa seat belt, Ra.”

“Oh iya lupa hehe, I love you babeeeee.”

Aksa hanya tersenyum mendengarnya, ia segera menyalakan mobilnya itu, namun ia teringat sesuatu.

“Eh bentar,” katanya. “Kenapa? ada yang ketinggalan?”

“This one.” Aksa mengambil sebuah buket bunga di belakang dan memberikannya kepada Ara. Bunga itu sangat cantik, bunga tulip berwarna pink yang dikemas dengan begitu indah. Mata Ara berbinar, ia memeluk Aksa, lagi.

Thank you.”

My pleasure, Ra, I’m happy to see you happy.” Aksa membalas pelukan itu.

“Gombal,” ketus Ara sambil melepaskan pelukkannya.

Aksa melihat ke arah Ara yang sedang memandangi bunga tulip berwarna pink itu, “The flower is beautiful, isn’t it?” pertanyaannya itu keluar dari mulut Aksa yang sedang memandangi Ara, bukan bunganya. Menurut Aksa, Ara merupakan hal terindah dalam hidupnya, yang tentunya tidak bisa ia lewatkan untuk sebentar saja, meskipun itu hanya untuk melihat keindahan lainnya. Ia selalu ingin Ara dalam pandangnya dan ia tidak akan pernah bosan.

Yes, this is my favorite,” tutur Ara yang tidak melepaskan padangannya dari bunga itu, sama seperti Aksa yang tidak melepaskan pandangnya dari Ara.

Mine too.”

--

--

No responses yet